Pengertian Subnetting
Subnetting adalah suatu proses untuk memecah suatu jaringan IP network ke Sub Network yang lebih kecil atau juga dapat diartikan sebagai metode yang dilakukan untuk membagi blok setiap alamat IP address menjadi beberapa blok IP address.
Alasan pembuatan subnetting adalah :
1. Untuk mereduksi traffic jaringan
2. Mengoptimasi performasi jaringan
3. Memudahkan manajemen
4. Mengefektifkan jaringan yang membatasi area geografis yang luas.
Tujuan Subnetting
Menurut laman resmi Dinas Komunikasi, Informatika, dan Persandian Kota Bengkulu, hadirnya teknik subnetting dapat memudahkan seorang network administrator dalam mengamankan jaringan.
Setelah mengetahui tujuan dari subnetting, pahami juga berbagai manfaat dan fungsi subnetting. Menyadur dari buku Jaringan Komputer karangan Muhammad Yasin Simargolang, berikut informasinya.
Pengertian CIDR (Classles Inter-Domain Routing)
CIDR (Classless Inter-Domain Routing) adalah sebuah cara alternatif untuk mengklasifikasikan alamat-alamat IP berbeda dengan sistem klasifikasi ke dalam kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, dan kelas E. Disebut juga sebagai supernetting. CIDR merupakan mekanisme routing yang lebih efisien dibandingkan dengan cara yang asli, yakni dengan membagi alamat IP jaringan ke dalam kelas-kelas A, B, dan C.
Subnetmask yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting pun berbeda-beda mengikuti kelas-kelasnya yaitu :
1.kelas C :/25 sampai /30 (dengan penghitungan pada oktet ke 4).
2.kelas B : /17 sampai /30 (dengan peghitungan pada oktet ke 3 dan 4).
3.kelas A : /8 sampai /30 (dengan peghitungan pada oktet ke 2, 3, dan 4).
Konsep yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT. Tabelnya digambarkan sebagai berikut :
Subnetmask | Nilai CIDR | 255.128.0.0 | /9 | 255.192.0.0 | /10 | 255.224.0.0 | /11 | 255.240.0.0 | /12 | 255.248.0.0 | /13 | 255.252.0.0 | /14 | 255.254.0.0 | /15 | 255.255.0.0 | /16 | 255.255.128.0 | /17 | 255.255.192.0 | /18 | 255.255.224.0 | /19 |
| Subnetmask | Nilai CIDR | 255.255.240.0 | /20 | 255.255.248.0 | /21 | 255.255.252.0 | /22 | 255.255.254.0 | /23 | 255.255.255.0 | /24 | 255.255.255.128 | /25 | 255.255.255.192 | /26 | 255.255.255.224 | /27 | 255.255.255.240 | /28 | 255.255.255.248 | /29 | 255.255.255.252 | /30 |
|
A. Menghitung Subnet Kelas C
Pada kelas C penghitungan yang digunakan adalah pada oktet ke 4
Misal diketahui suatu IP 192.168.1.0/26. Berarti subnetmasknya /26 yaitu 255.255.255.192, jika diubah ke dalam bilangan biner menjadi 11111111.11111111.11111111.11000000.
Jumlah Subnet = 2x (dimana x adalah banyaknya bineri 1 pada oktet terakhir (yang bergaris bawah) untuk kelas C). Jadi Jumlah Subnetnya adalah 22 = 4 subnet.
Jumlah Host per Subnet = 2thn – 2 (dimana y adalah bilangan bineri 0 pada oktet terakhir untuk kelas C). Jadi Jumlah Host per Subnetnya adalah 26 – 2 = 62 host
Blok Subnet = 256 – nilai oktet terakhir subnetmask. Jadi Blok Subnetnya adalah 256 – 192 = 64. Untuk subnet selanjutnya ditambahkan hasil dari blok subnet tersebut. Jadi Blok Subnet semuanya adalah 0, 64, 128, 192.
Kita buat tabelnya seperti berikut dengan catatan :
Subnet : Sesuai pada blok subnet. Host Pertama : 1 angka setelah subnet. Broadcast : 1 angka sebelum subnet berikutnya. Host terakhir: 1 angka sebelum siaran.
Subnet | 192.168.1.0 | 192.168.1.64 | 192.168.1.128 | 192.168.1.192 |
Tuan Rumah Pertama | 192.168.1.1 | 192.168.1.65 | 192.168.1.129 | 192.168.1.193 |
Tuan rumah Terakhir | 192.168.1.62 | 192.168.1.126 | 192.168.1.190 | 192.168.1.254 |
Siaran | 192.168.1.63 | 192.168.1.127 | 192.168.1.191 | 192.168.1.255 |
B. Menghitung Subnet Kelas B
Untuk kelas B ada 2 teknik yang digunakan dalam perhitungan. Untuk subnetmask /17 sampai /24, perhitungannya sama persis dengan kelas C, tetapi pada kelas B terletak pada oktet ke 3 saja yang digunakan. Sedangkan untuk subnetmask /25 sampai /30 perhitungannya yaitu pada oktet ke 3 dan 4.
Misal diketahui suatu IP 172.16.0.0/25. Berarti subnetmasknya /25 yaitu 255.255.255.128, jika diubah ke dalam bilangan biner menjadi11111111.11111111.11111111.10000000.
Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
Jumlah Host per Subnet = 27 – 2 = 126 host
Blok Subnet = 256 – 128 = 128. Jadi Blok Subnet seluruhnya adalah (0, 128)
Tabelnya menjadi :
Subnet | 172.16.0.0 | 172.16.0.128 | 172.16.1.0 | … | 172.16.255.128 |
Tuan Rumah Pertama | 172.16.0.1 | 172.16.0.129 | 172.16.1.1 | … | 172.16.255.129 |
Tuan rumah Terakhir | 172.16.0.126 | 172.16.0.254 | 172.16.1.126 | … | 172.16.255.254 |
Siaran | 172.16.0.127 | 172.16.0.255 | 172.16.1.127 | … | 172.16.255.255 |
C. Menghitung Subnet Kelas A
Pada kelas A perhitungan dilakukan pada oktet ke 2, 3 dan 4.
Misal diketahui suatu IP 10.0.0.0/16. Berarti subnetmasknya /16 yaitu 255.255.0.0, jika diubah ke dalam bilangan biner menjadi 11111111.11111111.00000000.00000000.
Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
Jumlah Host per Subnet = 216 – 2 = 65534 host
Blok Subnet = 256 – 255 = 1. Jadi Blok Subnet seluruhnya : 0,1,2,3,4, dst.
Tabelnya menjadi :
Subnet | 10.0.0.0 | 10.1.0.0 | … | 10.254.0.0 | 10.255.0.0 |
Tuan Rumah Pertama | 10.0.0.1 | 10.1.0.1 | … | 10.254.0.1 | 10.255.0.1 |
Tuan rumah Terakhir | 10.0.255.254 | 10.1.255.254 | … | 10.254.255.254 | 10.255.255.254 |
Siaran | 10.0.255.255 | 10.1.255.255 | … | 10.254.255.255 | 10.255.255.255
|
Pengertian VLSM (Variable Length Subnet Mask)
VLSM adalah pengembangan mekanisme subneting, dimana dalam VLSM dilakukan peningkatan dari kelemahan subneting klasik, yang mana dalam clasik subneting, subnet zeroes, dan subnet- ones tidak bisa digunakan. selain itu, dalam subnet classic, lokasi nomor IP tidak efisien.
Pada metode VLSM subnetting yang digunakan berdasarkan jumlah host, sehingga akan semakin banyak jaringan yang akan dipisahkan. Tahapan perhitungan menggunakan VLSM IP Address yang ada dihitung menggunakan CIDR selanjutnya baru dipecah kembali menggunakan VLSM. Maka setelah dilakukan perhitungan maka dapat dilihat subnet yang telah dipecah maka akan menjadi beberapa subnet lagi dengan mengganti subnetnya.
Dalam penerapan IP Address menggunakan metode VLSM agar tetap dapat berkomunikasi kedalam jaringan internet sebaiknya pengelolaan network-nya dapat memenuhi persyaratan, sebagai berikut:
- routing protocol yang digunakan harus mampu membawa informasi mengenai notasi prefix untuk setiap rute broadcastnya (routing protocol : RIP, IGRP, EIGRP, OSPF dan lainnya, bahan bacaan lanjut protocol routing : CNAP 1-2),
- semua perangkat router yang digunakan dalam jaringan harus mendukung metode VLSM yan menggunakan algoritma penerus packet informasi
Contoh Penerapan VLSM: 130.20.0.0/20
Kita hitung jumlah subnet dahulu menggunakan CIDR, dan didapat:
11111111.11111111.11110000.00000000 = /20
Jumlah angka binary 1 pada 2 oktat terakhir subnet adalah 4 maka:
Jumlah subnet = (2x) = 24 = 16
Maka blok tiap subnetnya adalah:
Blok subnet ke 1 = 130.20.0.0/20
Blok subnet ke 2 = 130.20.16.0/20
Blok subnet ke 3 = 130.20.32.0/20
dst … sampai dengan
Blok subnet ke 16 = 130.20.240.0/20
Selanjutnya kita ambil nilai blok ke 3 dari hasil CIDR yaitu:
130.20.32.0
Kemudian kita pecah menjadi 16 blok subnet, dimana nilai 16 diambil dari hasil perhitungan subnet pertama yaitu:
/20 = (2x) = 24 = 16
Selanjutnya nilai subnet di ubah tergantung kebutuhan untuk pembahasan ini kita gunakan /24, maka didapat:
130.20.32.0/24
Kemudian diperbanyak menjadi 16 blok lagi sehingga didapat 16 blok baru yaitu :
Blok subnet VLSM 1-1 = 130.20.32.0/24
Blok subnet VLSM 1-2 = 130.20.33.0/24
Blok subnet VLSM 1-3 = 130.20.34.0/24
Blok subnet VLSM 1-4 = 130.20.35.0/24
dst … sampai dengan
Blok subnet VLSM 1-16 = 130.20.47/24
Selanjutnya kita ambil kembali nilai ke 1 dari blok subnet VLSM 1-1 yaitu
130.20.32.0
Kemudian kita pecah menjadi 16:2 = 8 blok subnet lagi, namun oktat ke 4 pada Network ID yang kita ubah juga menjadi 8 blok kelipatan dari 32 sehingga didapat :
Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.32.0/27
Blok subnet VLSM 2-2 = 130.20.32.32/27
Blok subnet VLSM 2-3 = 130.20.33.64/27
Blok subnet VLSM 2-4 = 130.20.34.96/27
Blok subnet VLSM 2-5 = 130.20.35.128/27
Blok subnet VLSM 2-6 = 130.20.36.160/27
Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.37.192/27
Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.38.224/27
Manfaat VLSM:
- Efisien menggunakan alamat IP karena alamat IP yang dialokasikan sesuai dengan kebutuhan ruang host setiap subnet.
- VLSM mendukung hirarkis menangani desain sehingga dapat secara efektif mendukung rute agregasi, juga disebut route summarization.
- Berhasil mengurangi jumlah rute di routing table oleh berbagai jaringan subnets dalam satu ringkasan alamat. Misalnya subnets 192.168.10.0/24, 192.168.11.0/24 dan 192.168.12.0/24 semua akan dapat diringkas menjadi 192.168.8.0/21.
Perbedaan CIDR dan VLSM
CIDR - CLASSLESS INTERDOMAIN ROUTING
Dalam teknik ini, jaringan tidak subnetted pada batas kelas tetapi sesuai dengan kebutuhan Anda. Mungkin subnet / 25 atau / 30, tetapi semua subnet yang muncul dari mask ini akan memiliki jumlah host yang sama di setiap subnet, maka semua subnet akan memiliki nilai / x yang sama, jika ini tidak diterapkan dengan VLSM. Routing antara subnet ini adalah CIDR.
VLSM - VARIABLE LENGHT SUBNET MASKING
Ini adalah bentuk khusus CIDR, dimana Anda mengambil jaringan classful dan kemudian Anda subnet sedemikian rupa sehingga setiap subnet akan memiliki jumlah host yang berbeda di dalamnya menghasilkan topeng yang berbeda, tetapi jumlah host di semua subnet ketika ditambahkan sama dengan total jumlah host di jaringan classful asli.
Membingungkan? Seharusnya tidak.
Contoh:
jaringan classful:
192.168.1.0/24
CIDR + VLSM
sub1: 192.168.1.0/25 128 host 0-127
sub2: 192.168.1.128/26 64 host 128–191
sub3: 192.168.1.192/27 32 host 192–223
sub4: 192.168.1.224/27 32 host 224–255.
Total jumlah host:
128 + 64 + 32 + 32 = 256 = jumlah host di subnet 192.168.1.0/24.
Kami melakukan ini menggunakan mask yang berbeda (VLSM) yang pada gilirannya tidak pada batas classful (CIDR).
Seharusnya sudah jelas sekarang.
Kesimpulan
CIDR (Classless Inter-Domain Routing) dan VLSM (Variable Lenght Subnet Masking) sama-sama termasuk subnetting, akan tetapi mereka memiliki sedikit perbedaan seperti berikut :
CIDR berfungsi untuk mempermudah penulisan notasi subnet mask agar lebih ringkas dibandingkan penulisan notasi subnet mask yang sesungguhnya. CIDR mengklasifikasikan alamat-alamat IP berbeda dengan sistem klasifikasi ke dalam kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, dan kelas E.
Sedangkan VLSM berfungsi untuk mengembangkan mekanisme subneting, dimana dalam VLSM dilakukan peningkatan dari kelemahan subneting klasik, yang mana dalam clasik subneting, subnet zeroes, dan subnet- ones tidak bisa digunakan. selain itu, dalam subnet classic, lokasi nomor IP tidak efisien. Pada metode VLSM subnetting yang digunakan berdasarkan jumlah Host, sehingga akan semakin banyak jaringan yang akan dipisahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar